Kita
mengetahui bagaimana bintang-bintang itu beredar pada porosnya sebagaimana
mengetahui tumbuh-tumbuhan, gunung-gunung berdiri dan bergerak mengikuti
sunnah-Nya, sesungguhnya semuanya itu bersujud dan bertasbih kepada
khaliknya. Akan tetapi kita tidak mengetahui bagaimana cara mereka bersujud
dan bertasbih.
Firman Allah :
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih
kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya,
tetapi kamu sekalian tidak mengerti mereka. Sesungguhya Dia adalah maha
penyantun lagi maha Penyayang" (QS 17:44)
Kemudian Dia mengarah kepada langit yang masih berupa kabut lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi. silahkan kalian mengikuti perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa. Jawab mereka "Kami mengikuti dengan
suka hati" (QS 41:11)
Ayat-ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa tasbih mereka
bukanlah sebuah kata-kata seperti manusia bertasbih, akan tetapi merupakan
bentuk kepasrahan dan kepatuhan atas perintah Allah, sehingga gerak mereka
serta arah tujuannya berserah atas kehendak perintah Ilahi. Dengan demikian
butir-butir atom, bumi, matahari, bintang-bintang bergerak pada orbit atau
garis yang telah ditentukan oleh-Nya. Itulah yang dinamai ber-islam, yang
artinya berserah diri atas kemauan Allah Yang Maha Pengasih. Yaitu pasrah
atas peraturan-peraturan (sunnah-sunnah) yang telah ditentukan oleh Allah
Swt. Maka dari itu paradigma pasrah bukanlah orang pasif yang tidak
bergerak, malah sebaliknya orang yang pasrah adalah orang aktif yang
mengikuti perintah-perintah di dalam syariat, berdagang, belajar,
berperang, membayar zakat, berhaji, beternak, bertani, bermanajemen dll.
Hal ini diibaratkan seperti kalau kita membeli sebuah mobil. Si perancang
telah menyiapkan manualnya untuk memudahkan kita menghidupkan dan
menjalankan mesin mobil tersebut, serta untuk mengetahui suku cadang yang
harus diganti jika terjadi kerusakan. Manual yang berisi ketentuan/aturan
ini tidak bisa diganti seenaknya sesuai dengan kemauan kita, karena
bisa-bisa akan mengakibatkan benturan/berlawanan dengan keinginan
perancangnya, yang pada akhirnya mungkin akan membuat mesin mobil menjadi
rusak dan tidak dapat berjalan dengan baik.
Perbuatan mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan oleh perancang dalam
ilustrasi diatas menggambarkan kepasrahan dan kepatuhan terhadap ketentuan
si perancang. Demikian pula dengan kepasrahan terhadap ketentuan yang telah
ditulis dalam Al Qur'an dan Al Hadist ataupun dalam ayat-ayat kauniyah
(hukum yang diikuti oleh alam semesta / hukum alam), semuanya mengikuti
sistem dan keinginan ilahi. Mereka bersujud patuh atas ketetapan-Nya dengan
suka hati.
Didalam serat Pepali Ki Ageng Selo, dzikir berarti patrap, yaitu orang
susila, orang beradab. Peradaban atau kesusilaan seseorang ditentukan oleh
pendirian hidupnya dan kesusilaan dalam arti kata yang sedalam-dalamnya dan
terikat pada sarat-sarat utama, yaitu dapat menguasai diri sendiri, yang
dijabarkan sbb :
- Menguasai tubuh
sepenuhnya, yang berarti mampu untuk menguasai perjalanan nafas dan
darah, sehingga orang tidak lekas naik darah dan tidak mudah
dipermainkan oleh urat syarafnya (nervous) yang besar faedahnya bagi
kesehatan badan.
- Menguasai perasaan,
yaitu dapat menahan rasa marah, jengkel, sedih, takut dan sebagainya,
sehingga dalam keadaan bagaimanapun juga selalu tenang dan sabar, oleh
karena itu lebih mudah untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang
setepat-tepatnya.
- Menguasai pikiran,
sehingga pikiran itu dalam waktu-waktu yang terluang tidak
bergelandangan semaunya sendiri dengan tidak terarah dan bertujuan,
akan tetapi dapat diarahkan untuk memperoleh pengertian dan kesadaran
tentang soal-soal hidup yang penting.
Orang
patrap (dzikir, sadar) dalam Islam diidealisasikan dalam sosok Nabi
Muhammad sebagai uswatun hasanah, tidak kenal rasa takut tidak gentar dalam
keadaan bagaimanapun juga, beliau selalu sabar, dan tenang dan selalu
diliputi oleh rasa kasih sayang kepada sesama hidup dan karena itu beliau
dicintai oleh semua ummat manusia, beliau mencintai segala ciptaan Allah.
Sikap dzikir sempurna seperti itu pernah dicontohkan Rasulullah, tatkala
tiba-tiba Da'tsur menodongkan pedangnya kearah leher nabi, seraya berkata
lantang: "Siapa yang akan menolong engkau dalam keadaan seperti ini,
ya Muhammad?". "Allah yang menolongku", jawab nabi dengan
tenang.
Jawaban sederhana yang tidak disangka-sangka oleh Da'tsur, merontokkan
karang hati yang pongah, tubuhnya bergetar seakan tidak lagi disanggah oleh
tulang-tulangnya yang besar. Daya apa gerangan yang mengalir dari mulut
Muhammad, membuat jiwanya sesaat seperti mati tak berdaya. Pedangnya
terpental jatuh ketanah, kemudian Rasulullah berganti membalas menodongkan
pedang
kearah leher Da'tsur, dan beliau berkata : "Siapa yang akan menolong
engkau ,ya Da'tsur?" Ia jatuh bersimpuh pada kaki Rasulullah sambil
mengiba untuk diampuni atas sikapnya yang congkak dan berkata hanya enkau
ya Muhammad yang bisa menolongku. Seketika itu Rasulullah menasehatinya
agar ia kembali ke jalan Islam.
Peristiwa di atas merupakan sikap sempurna dari Dzikir Rasulullah. Keadaan
seperti itulah yang dimaksudkan islam sebagai kepasrahan dan kepercayaan
akan kekuasaan Allah, perlindungan, kedekatan dan kemahatinggian Allah
diatas segala-galanya.
Dzikir kepada Allah bukan hanya sekedar menyebut nama Allah di dalam lisan
atau didalam pikiran dan hati. Akan tetapi dzikir kepada Allah ialah ingat
kepada Asma, Dzat, Sifat, dan Af''al-Nya. Kemudian memasrahkan kepada-Nya
hidup dan mati kita, sehingga tidak akan ada lagi rasa khawatir dan takut
maupun gentar dalam menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan. Sebab
kematian baginya merupakan pertemuan dan kembalinya ruh kepada raja diraja
Yang Maha Kuasa. Mustahil orang dikatakan berdzikir kepada Allah yang
sangat dekat, ternyata hatinya masih resah dan takut, berbohong, tidak
patuh terhadap perintah-Nya dll. Konkritnya berdzikir kepada Allah adalah
merasakan keberadaan Allah itu sangat dekat, sehingga mustahil kita berlaku
tidak senonoh
dihadapan-Nya, berbuat curang, dan tidak mengindahkan perintah-Nya.
Seperti yang pernah saya singgung mengenai syetan yang ma'rifat kepada
Allah, bertauhid kepada Allah, dan berdo'a kepada-Nya, memuja-Nya, namun ia
enggan mengikuti perintah-Nya. Orang berdzikir seperti ini sama
kedudukannya dengan kedudukan syetan yang terkutuk.
Allah berfirman : "Hai iblis , apakah yang menghalangi kamu sujud
kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu
menyombongkan diri atau kamu merasa termasuk orang yang lebih tinggi
?"
Iblis berkata : Aku lebih baik dari padanya, karena Engkau ciptakan aku
dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.
Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga, sesungguhnya kamu
adalah yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atas kamu sampai hari
pembalasan."
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka
dibangkitkan."
Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk orang yang diberi
tangguh. Sampai hari yang telah ditentukan waktunya ( hari kiamat)."
Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka
kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis diantara mereka. (QS 38:75-83)
Kalau kita perhatikan dialog Iblis dengan Allah di atas, kelihatan
sekali bekas keakraban antara Khaliq dan makhluq-Nya. Dia sangat percaya
kepada Allah, dia bertauhid, dan mengetahui bahwa tidak ada tuhan kecuali
Allah, dia juga memuja Allah dengan menyebut "faizzatika" (demi
kekuasaan Engkau). Dia selalu memanggil Allah dengan sebutan "Ya
Rabbi" (Ya tuhanku), dan yang terakkhir dia dikabulkan doanya agar
dipanjangkan usianya sampai hari kiamat. Hampir saja sempurna sang iblis
sebagai hamba yang sangat dekat, memohon kepada Allah (berdo'a), bertauhid
dan berma'rifat kepada-Nya. Hanya satu kesalahan sang iblis ini, yaitu
tidak mau mengindahkan perintah-Nya untuk bersujud (menghormati) kepada
Adam. Berarti ia tidak mengakui atau tidak menerima keputusan
Allah yang Maha Bijaksana, disebabkan kesombongan merasa paling baik dari
dirinya, ana khairu minhu , aku lebih baik dari Adam !!!
Ada sebagian ahli dzikir yang tidak mau melaksanakan ibadah shalat, dengan
dalil sudah sampai kepada tingkat ma'rifat atau fana. Dengan alasan wa
aqimish shalata lidzikri (dirikanlah shalat untuk mengingat Aku ... QS
20:14), karena tujuan shalat adalah ingat. Namun ia tidak sadar, bahwa
ingat disini ... tidak hanya kepada nama-Nya atau kepada dzat-Nya, akan
tetapi konsekwensinya harus menerima apa kemauan yang diingat, yaitu
kemauan Allah Swt seperti apa yang telah diperintahkan didalam syariat-Nya
.
Bandingkan dengan sikap syetan yang tidak mengikuti kemauan Ilahi.
Perbuatan khariqul `adah (meninggalkan kebiasaan syariat) dianggap
perbuatan seorang waliyullah. Padahal nabi Muhammad dan para sahabat
menegakkan syariat shalat, dan mu'amalah. Sedang kedudukan beliau berada
diatas para wali manapun di dunia. Dengan alasan yang seakan masuk akal,
serta dengan ditandai
(ditambahi) kelebihan-kelebihan spiritual yang menakjubkan. Janganlah anda
heran jika setanpun mampu menembus alam-alam ghaib dan mampu menyelami
pikiran dan hati manusia, ... bahkan ia mampu berjalan melalui aliran darah
(yajri dam) karena memang ia dikabulkan permintaannya. Seorang wali adalah
kekasih Allah dan merupakan wakil Allah didalam melaksanakan tugas-tugas
menegakkan syariat Alqur'an dan As sunnah.
Lalu Apa yang Dimaksud dengan Dzikir
Lisan, Dzikir Qalbi atau Dzikir Sirri?
Syekh Ahmad Bahjad dalam bukunya "Mengenal Allah", memberikan
pengertian sbb : "Dzikir secara lisan seperti menyebut nama Allah
berulang-ulang. Dan satu tingkat diatas dzikir lisan adalah hadirnya pemikiran
tentang Allah dalam kalbu, kemudian upaya menegakkan hukum syariat Allah
dimuka bumi dan membumikan Al Qur'an dalam kehidupan. Juga termasuk dzikir
adalah memperbagus kualitas amal sehari-hari dan menjadikan dzikir ini
sebagai pemacu kreatifitas baru dalam bekerja dengan mengarahkan niat
kepada Allah ( lillahita'ala )."
Sebagian ulama lain membagi dzikir menjadi dua yaitu: dzikir dengan lisan,
dan dzikir di dalam hati. Dzikir lisan merupakan jalan yang akan menghantar
pikiran dan perasaan yang kacau menuju kepada ketetapan dzikir hati;
kemudian dengan dzikir hati inilah semua kedalaman ruhani akan kelihatan
lebih luas, sebab dalam wilayah hati ini Allah akan mengirimkan pengetahuan
berupa ilham.
Imam Alqusyairi mengatakan : "Jika seorang hamba berdzikir dengan
lisan dan hatinya, berarti dia adalah seorang yang sempurna dalam sifat dan
tingkah lakunya."
Dzikir kepada Allah bermakna, bahwa manusia sadar akan dirinya yang berasal
dari Sang Khalik, yang senantiasa mengawasi segala perbuatannya. Dengan
demikian manusia mustahil akan berani berbuat curang dan maksiat
dihadapan-Nya. Dzikir berarti kehidupan, karena manusia ini adalah makhluq
yang akan binasa (fana), sementara Allah senantiasa hidup, melihat,
berkuasa, dekat, dan
mendengar, sedangkan menghubungkan (dzikir) dengan Allah, berarti
menghubung-kan dengan sumber kehidupan (Al Hayyu).
Sabda Rasulullah : "Perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang yang
tidak berdzikir seperti orang yang hidup dengan orang yang mati." (HR.
Bukhari)
Itulah gambaran dzikir yang dituturkan Rasulullah Saw. Bahwa dzikir kepada
Allah itu bukan sekedar ungkapan sastra, nyanyian, hitungan-hitungan
lafadz, melainkan suatu hakikat yang diyakini didalam jiwa dan merasakan
kehadiran Allah disegenap keadaan, serta berpegang teguh dan menyandarkan
kepada-Nya hidup dan matinya hanya untuk Allah semata.
Firman Allah :
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu (jiwamu) dengan
merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di
waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai." (QS 7:205)
Aku hadapkan wajahku kepada wajah yang menciptakan langit dan bumi, dengan
lurus. Aku bukanlah orang yang berbuat syirik, sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku, dan matiku kuserahkan (berserah diri) kepada Tuhan
sekalian Alam ....
Adapun hitungan-hitungan lafadz, seperti membaca Asmaul Husna, membaca
Alqur'an, shalat, haji, zakat, dll, merupakan bagian dari sarana
dzikrullah, bukan dzikir itu sendiri, yaitu dalam rangka menuju penyerahan
diri (lahir dan batin) kepada Allah. Tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi
dari pada dzikir dan tidak ada nilai yang lebih berharga dari usaha
menghadirkan Allah dalam hati, bersujud karena keagungan-Nya, dan tunduk
kepada semua perintah-Nya serta menerima setiap keputusan-Nya Yang Maha
Bijaksana
Dzikir berarti cinta kepada Allah, tidak ada tingkatan yang lebih tinggi
diatas kecintaan kepada Allah …, maka berdzikirlah kamu (dengan menyebut )
Allah, sebagaimana kamu ingat kepada orang tua kalian, atau bahkan lebih dari
itu …. (QS 2:200)
"Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan,
perniagaaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan
(dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik." (QS 9:24 )
Dzikrullah Rohnya Seluruh Peribadatan
Pada tatanan spiritualitas Islam, dzikrullah merupakan kunci membuka hijab
dari kegelapan menuju cahya Ilahi. Alqur'an menempatkan dzikrullah sebagai
pintu pengetahuan makrifatullah, sebagaimana tercantum dalam surat Ali
Imran 190-191 :
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal,
yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau sambil duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata) Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka" (QS 3:190-191)
Kalimat "yadzkurunallah" orang-orang yang mengingat Allah,
didalam `tata bahasa arab' berkedudukan sebagai ma'thuf (tempat bersandar)
bagi kalimat-kalimat sesudahnya, sehingga dzikrullah merupakan dasar atau
azas dari semua perbuatan peribadatan baik berdiri, duduk dan berbaring
serta merenung (kontemplasi). Dengan demikian praktek dzikir termasuk
ibadah yang bebas tidak
ada batasannya. Bisa sambil berdiri, duduk, berbaring, atau bahkan mencari
nafkah untuk keluarga sekalipun bisa dikatakan berdzikir, jika dilandasi
karena ingat kepada Allah. Juga termasuk kaum intelektual yang sedang
meriset fenomena alam, sehingga menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi
seluruh manusia.
Dzikrullah merupakan sarana pembangkitan kesadaran diri yang tenggelam,
oleh sebab itu dzikir lebih komprehensif dan umum dari berpikir. Karena
dzikir melahirkan pikir serta kecerdasan jiwa yang luas, maka dzikrullah
tidak bisa hanya diartikan dengan menyebut nama Allah, akan tetapi
dzikrullah merupakan sikap mental spiritual mematuhkan dan memasrahkan
kepada Allah Swt.
Dari Dardaa Ra :
Bersabda Rasulullah Saw "Maukah kalian saya beritakan sesuatu yang
lebih baik dari amal-amal kalian, lebih suci dihadapan penguasa kalian,
lebih luhur di dalam derajat kalian, lebih bagus bagi kalian dari pada
menafkahkan emas dan perak, dan lebih bagus dari pada bertemu musuh kalian
(berperang) kemudian kalian menebas leher-leher mereka atau merekapun
menebas leher-leher kalian ?" Mereka berkata : "baik ya
Rasulullah". Beliau bersabda : "dzikrullah" atau ingat
kepada Allah (dikeluarkan oleh At thurmudzy dan Ibnu Majah, dan berkata Al
Hakim: shahih isnadnya).
Betapa dzikrullah ditempatkan pada posisi yang sangat tinggi, karena
merupakan jiwa atau rohnya seluruh peribadatan, baik shalat, haji, zakat,
jihad dan amalan-amalan lainnya. Dari sisi lain, Allah sangat keras
mengancam orang yang tidak ingat kepada Allah didalam ibadahnya. Seperti
dalam surat Al Ma'un ayat :4-6 :
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat
riya'." fashalli lirabbika … maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu (
QS. 108:2 )
Perbuatan riya' ialah melakukan suatu amal perbuatan tidak untuk mencari
keridhaan Allah, akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di
masyarakat. Amal perbuatan seperti itu yang akan ditolak oleh Allah, dan
dikategorikan bukan sebagai perbuatan Agama (Ad dien).
Banyak orang yang mendirikan shalat, sementara ia hanya mendapatkan rasa
lelah dan payah ( Al Hadist )
Sabda Nabi Saw :
"Akan datang pada suatu masa, orang yang mengerjakan shalat, tetapi
mereka belum merasakan shalat" (HR. Ahmad, dalam risalahnya: Ash
shalatu wa ma yalzamuha)
Jadi jelaslah maksud hadist-hadist di atas bahwa seluruh peribadatan
bertujuan untuk memasrahkan diri dan rela kepada Allah, sebagaimana
pasrahnya alam semesta…
Untuk mencapai kepada tingkatan yang ikhlas kepada Allah serta menerima
Allah sebagai junjungan dan pujaan, jalan atau sarana yang paling mudah
telah diberikan Allah, yaitu dzikrullah. Keikhlasan kepada Allah mustahil
bisa dicapai, tanpa melatih dengan menyebut nama Allah serta melakukan
amalan-amalan yang telah ditetapkan-Nya.
Telah menyebutkan Abdullah bin Yusr, bahwa sesungguhnya ada seorang lelaki
berkata. wahai Rasulullah, sesungguhnya syariat iman itu sungguh amat
banyak bagiku, maka kabarkanlah kepadaku dengan sesuatu yang aku akan
menetapinya. Beliau bersabda :
"Senantiasa lisanmu basah dari dzikir (ingat) kepada Allah
Ta'ala."
Keluhan laki-laki yang datang kepada Rasulullah menjadi pelajaran dan
renungan bagi kita, yang ternyata syariat iman itu amat banyak jumlahnya
dan tidaklah mungkin kita mampu melaksanakan amalan syariat yang begitu
banyak tersebut, kecuali mendapatkan karunia bimbingan dan tuntunan dari
Allah Swt. Rasulullah telah memberikan solusinya dengan memerintahkan
selalu membasahi lisan kita dengan menyebut nama Allah.
Dengan cara melatih berdzikir kepada Allah kita akan mendapatkan
ketenangan, kekhusyu'an dan kesabaran yang berasal dari Nur Ilahi.
Keutamaan
Berdzikir Kepada Allah
Apabila benar-benar mengerjakan dzikir menurut cara yang dikehendaki oleh
Allah dan Rasul-Nya, sedikitnya ada dua puluh keutamaan yang akan
dikarunikan kepada yang melakukannya, yaitu (Al Fathul Jadied : syarah At
Targhieb Wat Tarhieb):
1. Mewujudkan tanda baik
sangka kepada Allah dengan amal shaleh ini.
2. Menghasilkan rahmat dan
inayat Allah.
3. Memperoleh sebutan yang
baik dari Allah dihadapan hamba-hamba yang pilihan.
4. Membimbing hati dengan
mengingat dan menyebut Allah.
5. Melepas diri dari azab.
6. Memelihara diri dari
was-was syaitan khannas dan membentengi diri dari ma'syiat.
7. Mendatangkan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
8. Mencapai derajt yang
tinggi di sisi Allah.
9. Memberikan sinaran
kepada hati dan menghilangkan kekeruhan jiwa.
10.
Menghasiilkan
tegaknya suatu rangka dari iman dan islam.
11.
Menghasilkan
kemuliaan dan kehormatan pada hari kiamat.
12.
Melepaskan
diri dari rasa sesal.
13.
Memperoleh
penjagaan dari para malaikat.
14.
Menyebabkan
Allah bertany tentang keadaan orang-orang yang berdzikir itu.
15.
Menyebabkan
berbahagianya orang-orang yang duduk beserta orang-orang yang berdzikir,
walaupun orang turut duduk itu tidak berbahagia.
16.
Menyebabkan
dipandang ahlul ihsan, dipandang orang-orang yang berbahagia dan pengumpul
kebajikan.
17.
Menghasilkan
ampunan dan keridhaan Allah.
18.
Menyebabkan
terlepas dari suatu pinti fasik dan durhaka. Karena orang yang tidak
menyebut Allah (tidak berdzikir) dihukum sebagai orang fasik.
19.
Merupakan
ukuran untuk mengetahui derajat yang diperoleh di sisi Allah.
20.
Menyebabkan
para Nabi dan orang-orang mujahidin (syuhada) menyukai dan mengasihi.
Dengan sebagian manfaat yang tercantum di atas, layaklah jika dzikrullah
didudukkan sebagai pintu pembuka jalan kebajikan dan jalan makrifatullah.
Keutamaan-keutamaan tersebut bukan sekedar catatan yang menarik bagi kaum
muslimin, akan tetapi hal tersebut bisa kita peroleh dan dirasakan dengan
sebenar-benarnya, apabila kita serius dan sungguh-sungguh dalam
melaksanakan
amalan-amalan dzikir kepada Allah.
Dalil-dalil yang Menganjurkan Dzikrullah
Serta Ancaman Bagi Yang Meninggalkannya
AYAT-AYAT AL-QUR'AN
1. Surat Ali"Imran (190-191)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda dari orang yang berakal. (3-190) (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan neraka
(QS 3:190-191).
2. Surat An Nisaa' (103)
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah
diwaktu berdiri, diwaktu duduk dan diwaktu berbaring. Kemudian apabila kamu
telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguh-nya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman (QS 4:103).
3. Surat Al Anfaal (45)
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh),
maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya
agar kamu beruntung (QS 8:45).
4. Al Munaafiquun (9)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang rugi (QS 63:9).
5. Al Mujaadilah (19)
Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat
Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa golongan syetan
itulah golongan yang merugi( QS 58:19).
6. Az Zukhruf (36)
Barang siapa yang berpaling dari ingat kepada yang maha pemurah, kami
adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi
teman yang selalu menyertainya (QS 43:36).
7. An Nisa (142)
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan
membalas tipuan mereka . Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas,...mereka bermaksud riya'( dengan shalat) dihadapan
manusia,… tidaklah mereka menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali (QS
4:142).
8. Al Baqarah (152)
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmatku) (QS
2:152)
9. Al Baqarah (200)
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan
menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan)
nenek moyangmu, atau bahkan lebih banyak dari itu (QS 2:200).
10. Al Ahzab (35)
Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah , Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang benar (QS 33:35).
11. Al Ahzab (41)
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah
, dzikir sebanyak-banyak nya (QS 33:41).
12. An Nur (37)
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual
beli dari mengingat Allah , dan (dari) membayar zakat . mereka takut kepada
suatu hari yang ( dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang (QS
24:41).
13. Al A'Raaf (205)
Dan sebutlah (nama) Tuhanmu didalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut dan tidak mengeraskan suaramu, diwaktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (tidak berdzikir) (QS 7:205)
14. Ar Ra'd (28)
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allalh hati
menjadi tentaram (QS 13:28).
15. Al Jumu'ah (9)
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk sembahyang pada hari
jum'at, maka segeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui (QS 62:9)
HADIST-HADITS RASULULLAH
1.
Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasulallah Saw. Bersabda : barang siapa
yang duduk pada suatu tempat duduk yang dia tidak dzikir (ingat) kepada
Allah, dan atau ditempat itu, maka ada atasnya kebencian dari Allah ta'ala.
Dan barang siapa bertiduran pada tempat tidur yang ia tidak dzikir kepada
Allah ditempat itu, maka ada atasnya kebencian dari Allah, artinya
merupakan kekurangan tabiat jelek dan kerugian. (dikeluarkan oleh Abu Dawud)
2. Banyaklah olehmu menyebut Allah disegenap keadaan karena tak ada sesuatu
amal yang lebih disukai Allah dan tak ada yang sangat melepaskan hamba dari
suatu bencana di dunia dan akhirat dari pada menyebut Allah (HR: At Tabrany
)
3. Berfirman Allah Swt. Aku menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan aku
besertanya dimana ia mengingat akan Aku (HR Bukhari-Muslim)
4. Tidaklah duduk sesuatu kaum disuatu majelis lantas mereka menyebut nama
Allah di majelis itu melainkan mengelilingi mereka dan rahmat menutupi
mereka dan Allah menyebut mereka dihadapan orang-orang yang disisi-Nya ( HR
Ibn Syaiban. Tahfudz Dzikirin:12)
5. Tiada berkumpul suatu kaum didalam suatu rumah Allah (masjid) untuk
menyebut Allah hendak memperoleh keridhoan-Nya melainkan Allah memberikan
ampunan kepada mereka itu. Dan menggantikan keburukan-keburukan mereka
dengan berbagai kebaikan (HR Ahmad … At Targhieb 3:63 )
6. Barang siapa tiada banyak menyebut Allalh, maka sesungguhnya terlepas
dia dari imannya ( HR. At Tabrany dalam Al Ausath )
7. Bahwasanya Allah berfirman: hai anak Adam, apabila engkau telah menyebut
akan Aku, berarti engkau telah mensyukuri akan Aku. Dan apabila engkau
telah melupakan akan Aku, berarti engkau telah mengingkari nikmat dan
ihsan-Ku ( HR. At Tabrany dalam Al Ausath )
8. Perumpamaan orang yang menyebut tuhannya dengan orang orang yang tidak
menyebut tuhannya, adalah umpama orang yang masih hidup dibanding dengan
orang mati. ( HR. Bukhary ..At TarghiebWat Tarhieb 3:59)
9. Berkata Abu Hurairah Ra. Bersabda Nabi Muhammad Saw. Telah mendahului
"mufarridun ". Mereka (para sahabat) berkata: Apakah Mufarridun
itu? Beliau menjawab: orang-orang lelaki dan perempuan yang banyak menyebut
nama Allah (dikeluarkan oleh Imam Muslim)
10. Telah menyebutkan Abdullah bin Yusr bahwa sesungguhnya ada seorang
laki-laki berkata : Sesungguhnya syari'at iman itu sungguh amat banyak
bagiku, maka kabarkanlah kepadaku dengan sesuatu yang aku menetapinya.
Beliau bersabda : senatiasa lisanmu basah dari dzikir (ingat) kepada Allah
Ta'ala.
Sudah terlalu banyak yang kita mengerti dari perintah-perintah Allah
didalam Al Quran dan Al Hadist. Namun apakah akan tetap menjadikan dalil
tinggallah dalil, dan kita tetap saja tidak mau berbuat banyak dalam
melaksanakan peribadatan kepada Allah. Sampai kapan kita hanya mengumpulkan
data-data keislaman yang tidak terhitung banyaknya. Apakah sebenarnya
tujuan kita
beragama !? Bukankah kita akan kembali kepada-Nya dengan tidak membawa
apa-apa (Pasrah) !?
Terlalu panjang ... kalau kita membicarakan persoalan yang tiada
habis-habisnya. Apalagi mempersoalkan hal furuiyyah … syariat Islam itu
tidak sekedar soal hukum-hukum positif saja, tetapi banyak nilai spiritual
yang belum digali dengan benar. Akibatnya kita ketinggalan dengan para Yogi
India yang menekuni realitas kejiwaan yang bersifat universal, sehingga
para penganutnya bukan saja dari kalangan hindu, akan tetapi sebagian orang
Islam dan bangsa Eropa yang beragama Kristen telah menekuninya tanpa harus
menjadi Hindu. Dan membawa manfaat baik lahir maupun mental spiritualnya.
Mengapa nilai spiritual Islam tidak mampu menembus wilayah bangsa-bangsa
lain yang bermanfaat bagi kedamaian manusia, yang diakui menyatakan
Rahmatan lil'alamin !? Mengapa kita memandang mereka dengan rasa kebencian
dan bermusuhan.? Padahal tidak semua orang kafir harus diperangi (harbi).
Mengapa kita tidak melakukan saja pekerjaan yang bermanfaat untuk
kesejahteraan ummat manusia dan alam? Mengapa kita tidak menjadikan manusia
itu cerdas dan bermental spiritual yang damai? Lihatlah bangsa Jepang,
negara yang amat kecil dan disegani lawannya, dikagumi semua Ummat, padahal
dia tidak memiliki pasukan penggempur musuh. Kita Ummat yang mengaku
khairun Ummat (Ummat yang terbaik), ternyata dilecehkan dan dihinakan,
dijajah, dan tidak dipandang sebagai ummat yang cerdas, bahkan hampir
disamakan dengan bangsa primitif, karena menonjolkan sifat kekasaran, dan
kekuatan ototnya. Kita mudah marah dan tersinggung, jika dikatakan ummat
islam itu terbelakang, yang identik dengan kemiskinan dan kebrutalan.
Kenyataannya kita sering dihambat oleh ummat sendiri. Al islam mahjubun bil
Muslim, kreatifitas dan inovasi pemikiran dan kajian ummat, terkadang
diserang habis habisan tanpa ikut meneliti terlebih dahulu kebenarannya
dengan alasan bid'ah.
Orang yang menekuni bidang pendidikan, filsafat, dan ilmu-ilmu sain
dianggap tidak memperjuangkan ummat, padahal mereka adalah orang yang
mengisi khasanah keilmuan yang digali dalam literatur Islam yang penuh
dengan persoalan-persoalan manusia, alam dan fenomenanya.
Saya mengajak segenap ummat Islam agar kembali kepada jalan suci yang
dirintis para pendahulu kita, yang lebih banyak berbuat ketimbang
berbicara. Islam berkembang bukan dengan kekerasan, akan tetapi melalui
kebudayaan, melalui sains yang digali oleh para Ulama yang mengungkapkan
keagungan dan keunikan alam semesta. Ulama-ulama yang sangat intens
terhadap ilmu fisika,
matematika, dan kedokteran seperti, Ibnu Sina, Al Jabber, Ibnu Rusydi dll,
mempunyai andil mengangkat derajat dan kebesaran Islam pada abad ke tujuh
sampai akhir abad kedua belas, ... hingga akhirnya terpuruk pada saat ini.
Menurut pandangan saya, Jepang , Singapura, Perancis adalah potret negara
Islami yang sebenarnya, sebab disanalah dasar-dasar filsafat Islam tertanam
menjadi budaya yang tinggi seperti kedisiplinan, ketekunan, kesadaran
hukum, kebersihan, wajib belajar, memperhati-kan hak asasi manusia,
binatang, dan lingkungan. Hanya satu yang belum … yaitu beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya
Demikian harapan dan sentuhan rasa yang dalam akan keinginan khasanah
keislaman dijalankan melalui gerakan jiwa yang dalam dan bersih. Dan hanya
dengan berbuat melalui kesadaran spiritual yang tinggi keinginan itu akan
tercapai. Sebab kesadaran adalah modal tertinggi untuk mencapai sesuatu.
Bukan dengan emosi dan cemburu terhadap karya orang lain lalu kemudian
memusuhinya tanpa jelas perkaranya. Hanya dengan berdzikir kepada Allah
hati menjadi tenang … sehingga melahirkan karya-karya yang bermanfaat dan
berperilaku akhlaq yang mulia.
Membuka Jalur Komunikasi Dengan
Allah
Rasulullah pernah berwasiat kepada Sayyidina Muadz bin Jabal tentang bacaan
doa yang didawamkan "Ya Allah , ajarkan aku tentang ingat (dzikir )
kepada Engkau, dan syukur serta ajarkan kekhusyu'an dalam beribadah
kepada-Mu".
Wasiat di atas merupakan pintu untuk membuka jalur komunikasi kepada Allah
dimana ada hal-hal yang manusia tidak mampu mendialogkan kepada orang lain
atau manusia tidak bisa menunjuki jalan yang diinginkan. seperti yang
tercantum dalam do'a Sayyidina Muadz bin Jabal di atas, hanya kepada
Allah-lah kita meminta pertolongan dan petunjuk. (QS 1:5)
Komunikasi adalah melakukan dialog langsung secara lugu dan polos sesuai
dengan keadaan hati kita, tidak perlu bergaya-gaya dihadapan Allah apalagi
dilagu-lagukan. Cukup diam dengan rasa rendah hati (tawadhu'), dan menjaga
kesopanan di hadapan Allah, serta rasakan bahwa Allah sedang berada sangat
dekat bahkan lebih dekat dari urat leher kita. Panggillah Asma-Nya yang
baik-baik .... Ya Allah...Ya Allah ... Ya Allah berulang-ulang dengan
menghadirkan hati serta kerinduan yang dalam. Hal tersebut selalu harus
terus anda lakukan setiap habis melakukan shalat. Kemudian kalau ada
kesempatan waktu lakukanlah dialog-dialog dimana saja berada karena Allah
ada dimana saja anda berada.
Kalau seandainya tiba-tiba anda menangis ketika berdzikir atau bahkan
ketika shalat ... hal tersebut tidak perlu dirisaukan karena Al Qur'an
telah menjamin dan akan membimbing perjalanan kita ... mudah-mudahan anda
mendapatkan karunia dari Allah swt. amin (buka surat Maryam
ayat 58).
Didalam tafakkur kita sebaiknya tetap berbekal ilmu syariat , bahwa Allah
bukan laki-laki juga bukan wanita atau tidak bisa dibayangkan dan disamakan
dengan makhluqnya.
Mulailah setiap melakukan dialog dengan didahului membaca :
BismIlahirrahmanirrahim.....
Dua kalimat syahadat
Shalawat kepada Rasulullah
Bisa dilakukan dalam posisi berdiri, duduk, maupun berbaring ..(QS 4:103).
Hubungkan hati kita, perasaan kita, dan coba timbulkan rasa rindu dan cinta
kepada Allah, panggil Asma-Nya berulang-ulang (tanpa menghitung-hitung
jumlahnya) dengan suara hati yang dalam ... lakukan dengan sungguh-sungguh
sehingga terasa ada sambutan yang menyeruak dalam kalbu kita ... rasakan
kedamaian dan keheningan yang sejuk di dada ... sebut terus Ya Allah ...Ya
Allah ... Ya Allah ... dan kuatkan hati kita tetap berpegang kepada tauhid
hanya Allah tujuan kita, hunjamkan sampai kedalam lubuk hati yang dalam ...
sehingga akan ada bimbingan di dalam hati kita untuk selalu ingat Allah ...
hati kita akan bergerak terus seakan-akan tidak mau diajak untuk berhenti
... terkadang ucapan dzikirnya berubah dengan sendirinya ... ya Allah ....
ya Allah berganti la ilaha illallah ....dan seterusnya ...
Tubuh akan semakin ringan dan pasrah ... hati menjadi lebih tenang dan
terang benderang ... rasanya sejuk dan nyaman yang akan mengakibatkan hati
menjadi lunak dan mudah terkendali.
Keadaan tubuh kadang terasa semakin berat ... getaran jiwa semakin kuat dan
... emosi jiwa semakin tidak bisa dibendung, rasanya ingin sekali berteriak
sekeras-kerasnya untuk mengungkapkan rasa kerinduan yang dalam kepada Allah
... Saat itulah kita pasrahkan seluruh jiwa raga kita dengan ikhlash ...
sehingga Allah akan berkehendak membimbing sholat... membimbing ruku' dan membimbing
hati kita untuk bersabar...(lihat surat Az Zumar ayat 22-23)
"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Allah (sama dengan
orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang
telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan
yang nyata" (QS 39:22-23)
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang
serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit
orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit serta
hati mereka diwaktu mengingat Allah, itulah petunjuk
Allah ...
Sebelum saya lanjutkan pada bab-bab berikutnya ... sebaiknya semua pembaca
mengulangi sekali lagi membaca artikel saya tentang bab syariat, bab etika
Islam, dan hakikat manusia ... karena disanalah dasar-dasar hukum yang saya
tulis untuk bekal menuju kehadhirat Allah Swt.
Dan kali ini saya menepati janji saya untuk mengungkapkan praktek dalam
Dzikrullah (pembersihan jiwa). sebab pada intinya "JIWA" lah yang
menjadi penyebab kerusakan manusia ... , dan pada jiwa pula manusia menjadi
tinggi derajadnya disisi Allah ... sedang kebersihan jiwa hanya bisa
ditempuh dengan jalan mengingat Allah (Dzikrullah) secara terus menerus ...
serta ... berusaha keras menghadap untuk berbakti kepada Allah kemudian
berpaling dari kemauan syahwat itulah yang membersihkan dan menjernihkan
hati.
Secara luas, Al Qur'an menggambarkan sebagai fokus dari apa yang membuat
seorang manusia menjadi manusiawi, pusat dari kepribadian manusia. Dan
karena manusia terikat erat dengan Allah, pusat ini merupakan tempat dimana
mereka bertemu Tuhan. Pertemuan ini merupakan dimensi kognitif dan juga
dimensi moral.
Karena hati merupakan pusat sejati dari seorang manusia. Tuhan menaruh
perhatian khusus padanya dan kurang begitu memperhatikan amalan-amalan
aktual yang dilakukan orang-orang "Tidak ada celanya jika kamu berbuat
salah, kecuali jika hatimu menyengaja" (QS 33:5).
"Tuhan tidak akan menghukummu karena sumpah yang tidak disengaja,
akan tetapi Tuhan akan menghukummu karena sumpah yang disengaja oleh hatimu
. Dan Tuhan maha pengampun lagi maha penyantun" (QS 2:225).
Dan sebuah Hadist menyatakan bahwa "Allah tidak melihat badanmu atau
bentukmu ,melainkan kedalam hatimu ".
Karena hati adalah tempat yang dilihat Tuhan, ia merupakan kunci menuju
kemunafikan, watak yang paling buruk dalam pandangan muslim. "Tuhan
tahu apa yang ada dalam hatimu" (QS 33:51).
Hati adalah tempat dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada
manusia . Kehadiran-Nya terasa didalam hati, dan wahyu diturunkan kedalam
hati para Nabi .
"(Jibril ) menurunkan wahyu kedalam hati nurani mu dengan izin
Tuhanmu , membenarkan wahyu sebelumnya , ........." (QS 2:97).
|
0 komentar:
Posting Komentar