Menentukan Biloks (Bilangan Oksidasi)
1. Tentukan biloks unsur yang sudah tetap
- Logam IA = (+1) yaitu (Li, Na, K)
- Logam IIA = (+2) yaitu (Be, Ca, Mg)
- Logam IIIA= (+3) yaitu (Al)
- Flour (F) = -1
2. Tentukan Biloks umum
- H = +1 dan O = -2
- Halogen = (-1) yaitu (F, Cl. Br, I)
3. Baru Tentukan Biloks unsur yang ditanyakan,
- Total Biloks senyawa = 0
- Total Biloks Senyawa ion = muatannya
Contoh:
A. Tentukan Bilok unsur-unsur dalam K2Cr2O7
Langkahnya adalah:
1. Biloks K = 2 x (+1) = +2
2. Biloks O = 7 x (- 2) = -14
Jumlah = -12
3. Biloks 2 atom Cr = +12 (total = 0)
Maka Biloks Cr = +6 (dibagi 2)
B. Tentukan biloks unsur-unsur pada NaClO4
Langkah-langkah :
1. Biloks Na = 1
2. Biloks O = 4 x (-2) = -8
Jumlah = -7
3. Bilok Cl = +7 (total = 0)
C. Tentukan Biloks Unsur-unsur pada ion MnO4-
Langkah-langkah :
1. tidak ada unsur pertama
2. Biloks O = 4 x (-2) = -8
Jumlah = -8
3. Biloks Mn = +7 (total = -1)
Latihan :
Dengan menggunakan urutan langkah-langkah di atas,
Buktikanlah :
1. Biloks O pada Na2O = -2
2. Biloks O pada Na2O2 = -1
3. Biloks O pada OF2 = +2
4. Biloks Cl pada NaCl = -1
5. Biloks Cl pada ClO2- = + 3
Cara
menentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam ion atau senyawanya mengikuti
aturan-aturan sebagai berikut :
a. Bilangan
oksidasi unsur bebas ( atom atau molekul unsur) adalah 0 (nol).
Contoh: Ne, H2, O2,Cl2,P4,C,Cu,Fe
dan Na.
b. Bilangan
oksidasi ion monoatom dan poliatom sama dengan muatan ionnya.
Contoh : untuk ion monoatom Na+,
Ca2+, dan Cl- memiliki bilangan oksidasi berturut-turut
+1,+2 dan -1.
Contoh : untuk ion poliatom NH4+,
SO42-, dan PO43- memiliki
bilangan oksidasi berturut-turut +1, -2, dan -3.
c. Bilangan oksidasi unsur golongan IA adalah +1 dan
unsur golongan IIA adalah +2. Misalnya, bilangan oksidasi unsur Na pada
senyawa NaCl, Na2SO4, dan Na2O adalah +1.
Bilangan oksidasi unsur Ca pada senyawa CaCl2, CaSO4, dan
CaO adalah +2.
d. Bilangan
oksidasi unsur golongan VIA pada senyawa biner adalah -2 dan unsur golongan
VIIA pada senyawa biner adalah -1. Misalnya, bilangan oksidasi unsur
S pada Na2S dan MgS adalah -2. Bilangan oksidasi unsur Cl pada NaCl,
KCl, MgCl2, dan FeCl3 adalah -1.
e. Bilangan oksidasi unsur H pada
senyawanya adalah +1. Misalnya, bilangan oksidasi unsur H pada H2O,
HCl, H2S, dan NH3 adalah +1. Bilangan oksidasi unsur H
pada senyawa hidrida adalah -1. Misalnya, bilangan oksidasi unsur H pada
NaH, CaH2, dan AlH3 adalah -1.
f. Bilangan oksidasi unsur O pada senyawanya adalah -2,
kecuali pada senyawa biner dengan F, bilangan oksidasi unsur O-nya adalah +2.
Bilangan oksidasi unsur O pada senyawa peroksida, seperti H2O2
dan BaO2 adalah -1. Dalam senyawa superoksida bilangan
oksidasinya adalah -1/2, seperti pada KO2 dan NaO2.
g. Jumlah
bilangan oksidasi untuk semua atom unsur dalam molekul atau senyawa adalah 0.
Jumlah bilangan oksidasi untuk atom atau unsur pembentuk ion poliatom sama
dengan muatan ion poliatomnya. Misalnya, ion NH4+ mempunyai
jumlah bilangan oksidasi unsur N adalah -3 dan H adalah +1.
Molekul NaCl terdiri dari atom Na
dan atom Cl. Jumlah biloks senyawanya adalah 0, sedangkan biloks Na adalah +1
sehingga biloks Cl dapat dicari dengan rumus :
biloks Na + biloks Cl
= 0
+1
+ biloks Cl = 0
Biloks
Cl = -1
Molekul V2O3
terdiri dari 2 atom V dan 3 atom O. Jumlah biloks molekul tersebut adalah 0,
biloks O adalah -2 sehingga biloks V dapat dicari dengan rumus :
2(biloks V) + 3(biloks O)
= 0
2(biloks V) + 3(-2) = 0
2(biloks V)
= +6
Biloks V
= +3
Molekul NH4+
terdiri dari atom N dan 4 atom H. Jumlah biloks unsur pembentuk ion poliatom
tersebut adalah +1, biloks H adalah +1 sehingga biloks N dapat dicari dengan
rumus :
(biloks N) + 4(biloks
H) = 0
(biloks N) +
4(+1) = +1
Biloks
N
= -3
- Aturan 1:
Bilangan oksidasi sebuah atom dalam
sebuah unsur bebas (tidak terikat) adalah nol
- · Aturan 2:
Jumlah
bilangan oksidasi semua atom dalam sebuah molekul atau satuan rumus adalah nol.
Untuk sebuah ion, jumlah bilangan oksidasi sama dengan muatan ion tersebut,
baik besar maupun tandanya, tanpa memperdulikan apakah ion tersebut terdiri
dari atom tunggal ataukah terdiri dari dua atom atau lebih.
- · Aturan 3:
Dalam
senyawanya, logam-logam alkali (Golongan 1A dalam table berkala) yaitu: Li, Na,
K, Rb , Cs ,Fr. Mempunyai bilangan oksidasi +1 dan logam logam alkali tanah
(golongan IIA dalam tabel berkala) yaitu Be, Mg, Ca, Sr, Ba, Ra mempunyai
bilangan oksidasi +2
- · Aturan 4:
Dalam senyawanya, bilangan oksidasi
hydrogen adalah +1, sedangkan untuk fluor : -1
- · Aturan 5:
Dalam senyawanya oksigen mempunyai
bilangan oksidasi -2
- · Aturan 6:
Dalam
senyawa biner dengan logam, unsur-unsur golongan VII A, mempunyai bilangan
oksidasi -1, golonga VIA : -2, Golongan VA : -3
Bila ada dua aturan dapat muncul
berlawanan dengan yang lain, ikuti aturan yang muncul lebih dulu dalam
daftar.
Senyawa biner adalah senyawa yang
dibentuk oleh dua unsur. Pembentukan senyawa dapat melalui berbagai macam
bentuk ikatan kimia seperti ikatan ionic dan ikatan kovalen.
Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur,misalnya air (H2O), amonia (NH3), dan metana (CH4).
1. Rumus Senyawa
Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut ditulis di depan.
B – Si – C – S – As – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
Rumus kimia amonia lazim ditulis sebagai NH3 bukan H3N dan rumus kimia air lazim ditulis sebagai H2O bukan OH2
2. Nama Senyawa
Nama senyawa biner dari dua jenis nonlogam adalah rangkaian nama kedua jenis unsur dengan akhiran ida pada nama unsur yang kedua.
Contoh:
• HCl = hidrogen klorida
•H2S = hidrogen sulfida
Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka senyawa-senyawa itu dibedakan dengan menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani sebagai berikut.
1 = mono
2 = di
3 = tri
4 = tetra
5 = penta
6 = heksa
7 = hepta
8 = okta
9 = nona
10 = deka
Indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk karbon monoksida.
Contoh:
• CO = karbon monoksida (awalan mono untuk C tidak perlu)
•CO2 = karbon dioksida
•N2O = dinitrogen oksida
• NO = nitrogen oksida
•N2O3 = dinitrogen trioksida
•N2O4 = dinitrogen tetraoksida
•N2O5 = dinitrogen pentaoksida
•CS2 = karbon disulfida
• CCl4 = karbon tetraklorida
(Ralph H. Petrucci – Suminar, 1985)
c. Senyawa Umum
Senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti aturan diatas. Contoh:
•H2O = air
•NH3 = amonia
•CH4 = metana
Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang hanya terdiri dari dua jenis unsur,misalnya air (H2O), amonia (NH3), dan metana (CH4).
1. Rumus Senyawa
Unsur yang terdapat lebih dahulu dalam urutan berikut ditulis di depan.
B – Si – C – S – As – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – F
Rumus kimia amonia lazim ditulis sebagai NH3 bukan H3N dan rumus kimia air lazim ditulis sebagai H2O bukan OH2
2. Nama Senyawa
Nama senyawa biner dari dua jenis nonlogam adalah rangkaian nama kedua jenis unsur dengan akhiran ida pada nama unsur yang kedua.
Contoh:
• HCl = hidrogen klorida
•H2S = hidrogen sulfida
Jika pasangan unsur yang bersenyawa membentuk lebih dari satu jenis senyawa, maka senyawa-senyawa itu dibedakan dengan menyebutkan angka indeks dalam bahasa Yunani sebagai berikut.
1 = mono
2 = di
3 = tri
4 = tetra
5 = penta
6 = heksa
7 = hepta
8 = okta
9 = nona
10 = deka
Indeks satu tidak perlu disebutkan, kecuali untuk karbon monoksida.
Contoh:
• CO = karbon monoksida (awalan mono untuk C tidak perlu)
•CO2 = karbon dioksida
•N2O = dinitrogen oksida
• NO = nitrogen oksida
•N2O3 = dinitrogen trioksida
•N2O4 = dinitrogen tetraoksida
•N2O5 = dinitrogen pentaoksida
•CS2 = karbon disulfida
• CCl4 = karbon tetraklorida
(Ralph H. Petrucci – Suminar, 1985)
c. Senyawa Umum
Senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu mengikuti aturan diatas. Contoh:
•H2O = air
•NH3 = amonia
•CH4 = metana
- · Penamaan senyawa Biner Ionik
Untuk
penamaan senyawa biner ionic yang dibentuk dari satu unsur logam dan satu unsur
bukan logam, mula-mula dituliskan nama logam tanpa modifikasi dan diikuti
dengan penamaan unsur bukan logam melalui pemberian akhiran “ida”
KCI
: Kalium Klorida
MgF2
: Magnesium Flourida
K2O
: Kalium oksida
Senyawa
ion walaupun terdiri dari ion positif dan ion negative tetapi secara
keseluruhan bermuatan nol. Satuan rumus harus mengandung ion positif dan ion
negative sedemikian rupa sehingga jumlah muatan bersihnya : nol. Unsur-unsur
tertentu dapat mempunyai lebih dari satu bentuk ion. Untuk menyatakan perbedaan
rumus dan nama-nama senyawa, dalam hal ini kita tentukan bilangan oksidasi
unsur-unsur tersebut. Ada dua system penulisan yang umum dipergunakan :
1. Penamaan dengan penulisan bilangan oksidasi memakai angka
romawi (SISTEM STOCK)
2. Penamaan dengan system akhiran “O” untuk kation dengan
bilangan oksidasi yang lebih rendah, akhiran “I” untuk kation dengan bilangan
oksidasi yang lebih tinggi.
- · Penamaan Senyawa Biner Kovalen
Penamaan
senyawa biner kovalen yang terdiri dari unsur non-logam dengan unsur logam,
mula-mula dituliskan unsur dengan bilangan oksidasi positif. Misalnya kita
tuliskan HCl bukannya ClH. Penamaan dilakukan dengan dasar pemberian awal yang
menyatakan jumlah relatif tiap jenis atom dalam sebuah molekul pemberian awalan
dengan mempergunakan :
·
Mono
:
1
Hepta
: 7
·
Di
(bis)
:
2
Okta
: 8
·
Tri (tris)
:
3
Nona
: 9
·
Tetra (tetrakis)
:
4
Deka
: 10
·
Penta
(pentakis) :
5
Undeka
: 11
·
Heksa (heksakis) :
6
Dodeka
: 12
Awalan
yang berada dalam kurung kini jarang dipergunakan dan lebih banyak dipakai
dalam penamaan senyawa kompleks. Jadi untuk dua oksidasi utama belerang dapat
kita tulis
SO2 : belerang dioksida
atau berdasarkan system stock : belerang (IV) oksida
SO3 : belerang trioksida
atau berdasarkan system stock : belerang (VI) oksida
Sistem awalan dapat menunjukkan
hubungan antara nama dan rumus dengan tepat,sedangkan system stock
ternyata tak selalu dapat menampakkan hubungan nama dan rumus.
Br2Br4 : berdasarkan system awalan
dinamakan diborontetrabromida, sedangkan menurut system stock dinamakan Buron
(II) bromide. Nama Boron bromide dapat drancukan dengan BBr2 : Bebera[a contoh
penamaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
·
Penamaan Asam-asam Biner
Ada
segolongan biner kovalen yang dalam keadaan tertentu dapat melepaskan ion-ion
hydrogen (H+) sehingga senyawa tersebut dikenal sebagai suatu “asam”. Asam-asam
biner penting sangat terbatas jumlahnya. Penamaannya berdasarkan gabungan dari
awalan “hidro” dengan nama bukan logam yang diberi akhiran “at”
Sumber : http://chemistry35.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar