Jumat, 14 Juni 2013
Home »
» Cinta Sahabatku Untukku
Cinta Sahabatku Untukku
Aku selalu menganggap Juan masih pacaran dengan Aura. Dan temen-temen yang lain pun begitu. Seperti Fiya, Vito, dan Sani. Tapi, mereka tidak kunjung balikan. Sebenarnya aku sendiri bingung denga Aura. Dianya sayang sama Juan, tapi aku kayak rada-rada enggak suka sama sikap Aura ke Juan. Karena aku menganggap Juan seperti kakakku sendiri. Akupun bersikap lebih sopan ke Juan – karena Juan itu kakak kelasku – sampai aku memanggilnya mas Juan. Aura sih, biasa aja liat kami berdua.
Masalah antara Juan dan Aura kini semakin besar saja. Karena masalahnya, mereka ini di antara cinta dan benci. Dan Juan pula sudah terlanjur cinta sama Aura. Cuma sikap Aura saja yang selalu ingin dimengerti namun tidak bisa mengerti. Semakin dekatlah aku dengan mas Juan. Tapi semakin lama aku semakin bingung. Setiap mas Juan selesai curhat, aku terkadang curhat ke adik kelasku, Sani. Sani kadang sampai bingung dengan perilaku Aura. Dan sebenarnya Sani pula jengkel sama Aura.
Pada malam hari, mas Juan menelponku melalui telpon rumahku. Dia meminta maaf kepadaku. Entah apa maksudnya. Kemudian dengan segera aku menelpon Aura.
“Halo? Bisa bicara dengan Aura?”
“Iya? Kenapa Dir?”
“ini kamu Ra? Ini, ada yang aku omongin. Ceritanya panjang. Cuma karena ortuku lagi ada, maaf aku enggak bisa ngejelasin secara lebih detail.”
“Tentang apa Dir? Cepat dong cerita.” Aku pun menjelaskan walau aku hanya ngomong intinya doang, walau tidak detail betul. Yang bikin aku nyesek ketika Aura menjawab dengan santainya,
“Lho? Itu saja Dir? Kamu bilang tadi panjang, Dir?” aku hampir saja pingsan mendengar jawaban tersebut. dengan kesal, akupun curhat ke Sani tentang ini semua. Untung saja dia mengerti banget.
Hingga suatu hari, mungkin karena kegiatan di sekolah makin padat dan ujian semester sudah dekat, kesehatanku pun menurun drastis! Tengah malam aku sesak dan akupun dilarikan ke RS. Mamaku dokter di RS tsb, tapi sekarang mama sedang tidak disampingku karena mama lagi keluar kota T_T penyakit yang sejak kecil ku idap kembali kambuh di tambah lagi infeksi paru-paru yang kemudian menyerangku. Aku nginap di RS cuma semalam doang karena aku pengen tinggal di rumah walau aku masih sulit bernafas panjang. Untung saja aku punya teman-teman yang baik. Putra, Sani dan mas Juan lah orang-orang yang pertama dan hanya mereka bertiga yang peduli sama aku. Sedikit rasa bersalah ke Putra, soalnya dia orang yang paling sering kugangguin tapi dia orang yang peduli daripada sahabat-sahabatku yang lain seperti Fiya, Tami, dan Aura! Setelah itu, akupun kembali curhat ke Sani. Sampai-sampai Sani berkata, “mbak Dir, menurut feelingku, jangan-jangan nanti mbak malah pacaran sama mas Juan lagi.” aku enggak tanggapi serius perihal itu.
4 hari enggak masuk sekolah, aku jadi kangen dengan temen-temen kelasku. Akupun kemudian bangun dan mandi kemudian bersiap ke sekolah. Banyak pelajaran yang kutinggalkan. Jadi aku harus sekolah.
Di sekolah, sudah banyak yang menanti kehadiranku. Walau masih agak pucat, tapi aku berusaha semangat. Sampai akhirnya Indi menegurku,
“Lho? Dira? Udah masuk ternyata. Tapi kamu masih agak pucat. Kenapa enggak istirahat lagi saja Dir?”
“oh, iya, Di. Hm, aku sudah enakan kok. Dan sudah banyak pula pelajaran yang ku lewatkan.”
Seminggu setelah itulah, mas Juan memanggilku mbak Rasti. Katanya biar lebih akrab gitu. Akupun juga lebih sering ketika Sabtu atau Minggu ke rumah mas Juan. Sebenarnya untuk latihan. Tapi terkadang juga, mas Juan, Fiya, Tami, Fasya, dan Sani datang kerumahku. Seperti hari ini. Tapi Juan datang sendirian kerumahku. Aku enggak suruh dia naik ke atas, karena dia cowok, dan enggak mungkin aku suruh dia kekamarku. Di bawah rumahku ada tempat bersantai. Jadi disitulah kami berbincang.
“Mas?”
“Ya?”
“Aku pengen curhat nih.”
“Kenapa Dir?”
“Aku pengen ngelupain Ocan.” Ocan adalah orang yan paling kucintai dan kusayangi. Tapi kini dia menghilang semenjak dia di DropOut dari sekolah ketika kelas 10 SMA.
“Hm, mas Cuma mau bilang, terserah mbak Rasti aja maunya gimana ke Ocan. Dan menurutku, kamu memang harus ngelupain dia daripada kamu di PHPin mulu, mbak.”
“Hm, oke lah mas.”
“Mbak Ras, aku juga mau curhat nih. Kan mbak Rasti udah tahu hubunganku sama Aura gimana. Tapi, sumpah aku bingung. Masa’ aku harus kayak gini terus?”
“Mas Juan, salah satu pilihan paling tepat menurutku, mas Juan harus Move On.”
“Iya, tapi sama siapa mbak?”
“Menurut mas Juan, siapa bagus? Dira sih, ikutin kata hati mas Juan saja.”
“Jujur, Dir. Aku masih mau sama Aura. Tapi, Aura yang enggak mau. Aku lagi bad mood mikirin dia. Jadi siapa yang bagus menurut mbak Rasti?”
“Pikirkan orang yang ada dipikiran mas Juan saja.”
“yang aku pikir, cuma kamu mbak Ras.”
aku menelan ludah. Masa’ sih aku?
“Ayo pikir lagi mas.”
“udah ku coba Dir. Tapi yang dipikiranku sekarang Cuma kamu. Dina Azizah Rasdipati!”
akupun tertekun. Setelah lama terdiam, mas Juan kemudian memulai kembali pembicaraan.
“Dir, ada yang ku mau omongi ke kamu.”
“Iya? Apa itu mas?”
“Kamu udah mau ngelupain Ocan, berarti mbak Rasti juga pengen Move On kan?”
“Entahlah mas. Aku biarin aja semua ini berjalan.”
kemudian, Juan berlutut dihadapanku dan memegang tangan kananku. Aku terkaget namun aku tak bisa berkata-kata lagi ketika Juan berkata,
“Mbak, sebenarnya, aku merasa nyaman bila bersamamu daripada Aura. Aura lembut, tapi tidak dapat mengertiku. Tapi kamu beda Dir. Mbak Rasti, aku pengen bilang ini. Mbak mau enggak jadi pacarku?” aku pun terdiam. Bagaimana aku menjawabnya? Aku bingung. Tiba-tiba, ada seseorang yang bicara dibelakangku. Aku kenal sekali suara itu. Ya. Sani dan Vito!
“Halo mbak Rasti. Hehe. Aku jadi ngikutin mas Juan nih. Mbak, aku Cuma pengen bilang. Aku sudah pernah bilang kan? Nah, sekarang jawaban ada di tangan mbak. Pasti mbak pikir perasaan Aura kan? Tenang. Aku dan Vito sudah atasin itu kok.”
“iya, Dir. Kamunya sekarang maunya gimana? Rahasia di jamin kok. Asalkan, sms kalian tetap panggil mbak Rasti & mas Juan aja. Semua aman kok”
“Tapi, Vito, bukan itunya! Tenang mbak Ras, aku udah ngomong baik-baik ke mbak Aura. Sekarang, mbak tinggal jawab saja. Kasian tuh mas Juan tungguin lama jawabannya. Hehe.” Ku lihat Vito mengacak-acak rambut Sani. Aku pun menoleh lagi ke arah Juan yang sedari tadi menunggu. Dengan isyarat anggukan, aku menerimananya. Juan pun memelukku erat. Kini aku dan Juan bisa Move On. Walau begitu, aku tak lupa nge-sms Aura tanda maaf dan terima kasih telah mempertemukanku dengan Juan. Yah, cinta sahabatku ini untukku..~
THE END
Cerpen Karangan: Nurul Fatimah Az Zahrah
Blog / Facebook: azzahrahnurul.blogspot.com / Nurul Fatimah Az Zahrah
0 komentar:
Posting Komentar